Pertumbuhan Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.) dengan Pola Tanam Tumpang Sari dan Monokultur pada Hutan Rakyat di Kabupaten Temanggung

Penulis

  • Nico Roy Putra Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, INSTIPER Yogyakarta, Indonesia
  • Surodjo Taat Andayani Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, INSTIPER Yogyakarta, Indonesia
  • Sugeng Wahyudiono Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, INSTIPER Yogyakarta, Indonesia

Kata Kunci:

Hutan rakyat, Jabon, Pola tanam, Pertumbuhan

Abstrak

Salah satu langkah untuk meningkatkan ekonomi masyarakat melalui pemanfaatan hutan adalah dengan membentuk hutan rakyat. Mayoritas masyarakat di Kabupaten Temanggung sudah familiar dengan sengon, namun dikarenakan hama yang sering menyerang tanaman sengon menyebabkan berbagai kalangan mencari alternatif jenis baru, termasuk PT. DSN Temanggung yang bergerak di bidang industri wood product sedang berinovasi untuk menggunakan jabon sebagai alternatif pengganti sengon. Keberlanjutan industri wood product kayu ringan berbahan baku jabon sangat bergantung pada jabon yang ditanaman di areal hutan rakyat. Keberhasilan untuk memperoleh kayu yang berkualitas dapat diwujudkan jika budidaya jabon dilakukan secara baik dan benar dari mulai tahapan penanganan benih, tahapan proses persemaian dan tahapan penanaman serta perawatan. Salah satu faktor yang mendukung keberhasilan budidaya jabon adalah penanaman, baik itu penanaman menggunakan pola tanam tumpang sari maupun dengan monokultur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan pertumbuhan jabon pada umur 1 sampai 3 tahun. Pengambilan data dilakukan dengan sensus 100% dan diambil sampel secara sistematis dengan menentukan jumlah interval 4 di awal, kemudian dianalisis menggunakan Uji-t. Hasil penelitian menunjukkan rerata pertumbuhan tinggi dan diameter jabon umur 1 dan 2 tidak ada perbedaan yang nyata, sedangkan pada jabon umur 3 tahun rerata pertumbuhan tinggi dan diameter menunjukkan perbedaan yang nyata. Rerata tinggi dan diameter jabon umur 3 tahun dengan pola monokultur (9,47 m dan 9,71 cm) lebih tinggi daripada jabon dengan pola tumpang sari (8,34 m dan 7,80 cm).

Referensi

Abdulah, L., Mindawati, N., Kosasih, A. S., & Darwo. (2013). Evaluasi Pertumbuhan Awal Jabon (Neolamarckia cadamba Roxb) di Hutan Rakyat. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, 10(3), 119–128.

Fahmi, A., Syamsudin, Utami, S. N. H., & Radjagukguk, B. (2009). Peran Pemupukan Posfor Dalam Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Regosol dan Latosol. Berita Biologi, 9(6), 745–750.

Gunawan, & Rohandi, A. (2019). Pengaruh Dosis Pupuk Kandang dan Tumpangsari terhadap Pertumbuhan Jati (Tectona grandis. L. f) Umur 3 Tahun. Jurnal Agroforestri Indonesia, 2(2), 63–74.

Irawan, A., & Hidayah, H. nurul. (2015). Perbandingan Pertumbuhan Jabon Merah di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Minahasa Utara. Jurnal WASIAN, 3(1), 39–44.

Mansur, I., & Tuhateru, F. D. (2011). Kayu Jabon. Penebar Swadaya. Jakarta

Mawazin, & Suhaendi, H. (2008). Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Diameter Shorea parvifolia Dyer. Jurnal Penelitian Hutan Dan Konservasi Alam, 5(4), 381–388. https://doi.org/10.20886/jphka.2008.5.4.381-388

Ningkeula, E. S. (2020). Respons Pemberian Pupuk NPK Phonska pada Berbagai Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Tanah (Arichis hypogaea L.) di Desa Wali dengan Program SPSS. Jurnal Biosainstek, 1(01), 117–123. https://doi.org/10.52046/biosainstek.v1i01.345

Ningsih, R. S. M. (2019). Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan Dan Perkembangan Tanaman Kacang Merah. Agroswagati Jurnal Agronomi, 7(1), 1. https://doi.org/10.33603/agroswagati.v7i1.2844

Prijono, A., & Wahyudiono, S. (2021). Pertumbuhan Tanaman Jabon Pada Satu Rotasi (6 Tahun) Dengan Awal Tumpangsari Pada Hutan Rakyat di Desa Widodomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Jurnal Wana Tropika, 11(2), 26–36.

Susila, I. W. (2018). Teknik pengambilan sampel purposive. Jurnal Alfabeta, 1, 49–53.

Suwarto, Yahya, S., Handoko, & Chozin, M. ahmad. (2005). Kompetisi Tanaman Jagung dan Ubikayu dalam Sistem Tumpang Sari. Jurnal Agronomi Indonesia (Indonesian Journal of Agronomy), 33(2), 1–7.

Syahputra, N., Mawardati, & Suryadi. (2017). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Petani Memilih Pola Tanam Pada Tanaman Perkebunan di Desa Paya Palas Kecamatan Ranto Peureulak Kabupaten Aceh Timur. Jurnal AGRIFO, 2(1), 4–6.

Wijayanto, N., & Iftitah, R. (2013). Panjang dan Kedalaman Akar Lateral Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq.) di Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. J. Silvikultur Tropika, 4(1), 23–29.

Unduhan

Diterbitkan

2024-07-19

Cara Mengutip

Roy Putra, N., Andayani, S. T., & Wahyudiono, S. (2024). Pertumbuhan Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.) dengan Pola Tanam Tumpang Sari dan Monokultur pada Hutan Rakyat di Kabupaten Temanggung. AGROFORETECH, 2(2), 1025–1030. Diambil dari https://jurnal.instiperjogja.ac.id/index.php/JOM/article/view/1252

Terbitan

Bagian

Kehutanan

Citation Check

Artikel paling banyak dibaca berdasarkan penulis yang sama

1 2 3 > >>