Perbandingan Tinggi Pohon Eucalyptus Pellita Umur 30 Bulan Berdasarkan Taksiran Model terhadap Alat Ukur Vertex
Kata Kunci:
PMA, Vertex, Keeratan hubungan, Persamaan regresi, Validasi modelAbstrak
Kegiatan inventarisasi pada plot Plantation Monitoring Assessment (PMA), melakukan pengukuran karakteristik tinggi dan diameter pohon. Pengukuran tinggi dilakukan menggunakan alat Vertex. Vertex merupakan alat ukur yang modern, karena didasarkan pada sistem sensor dan suhu. Keterbatasan alat ukur vertex dalam mengukur tanaman Eucalyptus pellita Umur 30 bulan seperti pada tajuk yang sudah mulai rapat sehingga sangat susah untuk mencari titik tertinggi pohon dan HCBnya, maka perlu mengatasinya dengan alat bantu yaitu model penaksir tinggi. Memperoleh nilai keeratan hubungan, persamaan penaksir tinggi, perbandingan hasil taksiran, hasil persamaan penaksir yang valid. Penelitian ini dilakukan pada tegakan Eucalyptus pellita kompartemen I095, I080, dan I077, sector baserah, PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP). Alat yang digunakan adalah vertex, transponder, pita diameter, form study, dan kamera. Pengambilan sampel menggunakan teknik Systematic Sampling with Random Start. Data yang diambil berupa H, HCB, dan DBH. Selanjutnya dilakukan pemodelan regresi linear sederhana H-DBH dan H-HCB pada setiap kompartemen maupiun gabungan tiga kompartemen, selanjutnya dilakukan uji validasi menggunakan nilai Bias, SA dan SR. Perbandingan tinggi diuji menggunakan uji t. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata DBH 11,16 cm, H yang diukur menggunakan vertex adalah 16,10 m, dan HCB adalah 12,05 m . Hubungan H-DBH dan HCB-DBH dapat dimodelkan dengan model persamaan regresi linear sederhana . Pengukuran H dan HCB menggunakan vertex dengan hasil penaksiran dapat dinyatakan tidak berbeda. Model penaksir tinggi yang lebih baik digunakan adalah model penaksir tiap kompartemen. Persamaan penaksirnya adalah : kompartemen I095 H = 6,152 + 0,850DBH dan HCB = 4,122 + 0,685DBH; kompartemen I080 H = 6,256 + 0,882DBH dan HCB = 4,299 + 0,688DBH, kompartemen I077 H = 7,815 + 0,813DBH dan HCB = 5,372 + 0,642DBH.
Referensi
Barr, C And B. Stafford. (2007). Emerging Scenarios in the Asia-Pacific Pulp and Paper Sector to 2020: Assessing Implications for Forests and Livelihoods. F AO AsiaPacific Forest Outlook Conference. October 16-18, 2007. Chiang Mai, Thailand.
Fernando, D. E., Sukerta, & Suryana. (2016). Inventarisasi Pepohonan Pada Kawasan Hutan Di Kabupaten Jembrana. Jurnal Pertanian Berbasis Keseimbangan Ekosistem, 42–51.
Mikhail dan Gracie. (1981). Analysis and Adjustment of Survey Measurement. Van. Nostrand Reinhold Company Inc.
Raharyo, S. (2020). Cara Melakukan Analisis Korelasi Bivariat Pearson dengan SPSS. https://lms-paralel.esaunggul.ac.id/pluginfile.php?file=/200928/mod_resource/content/1/11_7251_NSA739_062019.pdf.
Soedomo, S., & Kartodihardjo, H. (2011). Prospek Industri Hutan Tanaman di Indonesia.
Sunardi Nur. (2009). Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara.
Usman, H dan RPS Akbar. (2000). Pengantar Statistika. Jakarta : Bumi Aksara.
Wahyudiono, Sugeng. (1999). Diktat Ilmu Ukur Kayu. Fakultas Kehutanan INSTIPER:Yogyakarta.
Yusandi, S., & Jaya, I. N. S. (2016). Model penduga biomassa hutan mangrove menggunakan citra satelit resolusi sedang di areal kerja perusahaan konsesi hutan di Kalimantan Barat. Bonorowo Wetlands, 6(2), 69–81. https://doi.org/10.13057/bonorowo/w060201.
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian
Citation Check
Lisensi
Hak Cipta (c) 2023 Agrotechnology, Agribusiness, Forestry, and Technology: Jurnal Mahasiswa Instiper (AGROFORETECH)

Artikel ini berlisensiCreative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.