Perbandingan Penggunaan Alat Ukur Tinggi Vertex dan Smart Measure pada Acacia Crassicarpa Umur 18 Bulan
Kata Kunci:
Penaksir tinggi, Pengukuran, Smart Measure, Taksiran tinggiAbstrak
Pengukuran tinggi menggunakan vertex memiliki kekurangan yaitu sulit terhubung ke transponder pada saat pengukuran dan juga harganya relatif mahal. Saat ini tersedia sebuah aplikasi pengukuran tinggi Smart Measure pada ponsel android. Di sisi lain terdapat model hubungan tinggi dengan diameter setinggi dada yang dapat digunakan untuk menaksir tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh persamaan regresi model penaksir tinggi (H) berdasarkan diameter setinggi dada (DBH), perbandingan tinggi yang diukur menggunakan vertex, smart measure dan, hasil taksiran tinggi, mengetahui perbandingan waktu ukur dari alat vertex dan smart measure. Penelitian ini dilakukan pada tegakan Acacia crassicarpa (Acra) kompartemen MRE L032 dan L033, sektor Teluk Meranti, PT RAPP. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode Systematic Random Sampling, IS 1%, plot berbentuk lingkaran dengan luas 0,04 ha, dengan jarak antar plot 200 m sehingga seluruhnya terdapat 14 plot. Karakteristik yang diukur adalah tinggi (H), diameter setinggi dada (DBH) dan waktu pengukuran. Model penaksir tinggi berdasarkan diameter setinggi dada diperoleh melalui analisis regresi linear sederhana. Perbandingan tinggi dilakukan menggunakan analisis RAL, sedangkan studi waktu total pengukuran dibandingkan meenggunakan uji t. Hasil penelitian menunjukkan rerata tinggi yang diukur menggunakan vertex adalah 11,29 m, smart measure adalah 11,61 m dan hasil penaksiran 11,29 m. Hubungan antara H-DBH dapat dimodelkan dengan model linear sederhana. Persamaan penaksir tinggi adalah H = 4,000 + 0,763DBH. Waktu yang dibutuhkan untuk pengukuran menggunakan smart measure rata-rata lebih cepat 7,35 menit daripada menggunakan vertex.
Referensi
Chowira, S. L. (2022). Perbandingan Tinggi Eucalyptus Pellita Umur 18 Bulan Menggunakan Alat Ukur Terhadap Taksiran Model. Phys. Rev. E, 24.
Kusuma, I. A. I. (2012). Pengukuran Tinggi Pohon dengan Telepon Seluler. Jurnal Surabaya 21(1), 1–9.
Sugiyono, P. D. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B (Alfabeta (ed.)).
Suhartati, T., & Raharjo, H. (2018). Taksiran umur optimal produksi daun Kayu Putih. Junal Wana Tropika, 8(November), 69–76.
Suhartati, T., Wahyudiono, S., & Rahayu, K. (2022). Tahun Berbasis Citra Drone Di Rph Mulo Kph Yogyakarta ( Characteristics of 3-year-old Teak [ Jati Unggul Nusantara / JUN ] Based on Drone Image at RPH Mulo KPH Yogyakarta ). 8(2), 317–325.
Yusoa Ventolo, S. dan Y. N. (2021). Perbedaan Hasil Pengukuran Tinggi Pohon Menggunakan Alat Ukur Berupa Hagameter Dan Clinometer. Jurnal Sylva Scienteae, 4(6), 1020
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian
Citation Check
Lisensi
Hak Cipta (c) 2023 Agrotechnology, Agribusiness, Forestry, and Technology: Jurnal Mahasiswa Instiper (AGROFORETECH)

Artikel ini berlisensiCreative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.